cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 24067489     EISSN : 24069337     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis (JITRO) adalah jurnal ilmiah mempublikasikan hasil penelitian dan review bidang peternakan.
Arjuna Subject : -
Articles 14 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari" : 14 Documents clear
Kajian In Vitro Kecernaan Fraksi Serat Hijauan Tropis pada Media Cairan Rumen Kambing Marselinus Hambakodu; Alexander Kaka; Yessy Tamu Ina
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.22 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8907

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan NDF, kecernaan ADF dan kecernaan hemiselulosa pada hijauan pakan tropis secara in vitro. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 8 jenis pakan hijauan tropis dan cairan rumen kambing PE berfistula yang diberi pakan dengan kandungan PK 12% dan TDN 62%. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 8 perlakuan pakan dan 3 ulangan. Perlakuan terdiri dari P1 = turi (Sesbania grandiflora), P2 = nangka (Artocarpus heterophyllus), P3 = pisang (Musa acuminate), P4 = mangga (Mangifera indica L.), P5 = gamal (Gliricidia sepium), P6 = mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.), P7 = kaliandra (Calliandra calothyrsus) dan P8 = lamtoro (Leucaena leucocephala). Data dianalisis menggunakan ANOVA taraf 5%, dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan NDF, kecernaan ADF, dan kecernaan hemiselulosa berbeda nyata (P<0,05). Hijauan pakan tropis lamtoro, kaliadra dan gamal memiliki kecernaan NDF, kecernaan ADF lebih tinggi dibandingkan turi, nangka, pisang, mangga, dan mahoni, namun kecernaan hemiselulosa kaliandra, manga dan lamtoro tertinggi. Kesimpulan, hijauan Leucaena leucocephala, Calliandra calothyrsus, dan Gliricidia sepium memiliki kecernaan NDF tertinggi (70,34%; 66,26% dan 62,29%), dan kecernaan ADF tertinggi (53,79%; 48,08%; dan 58,91%), namun kecernaan hemiselulosa tertinggi adalah Calliandra calothyrsus, Mangifera indica L, dan Leucaena leucocephala (18,18%; 17,80% dan 16,55%).Kata kunci: in vitro, hijauan tropis, kecernaan, serat ABSTRACTThis research was conducted to evaluate neutral detergent fiber digestibility, acid detergent fiber digestibility, and hemicellulose digestibility on tropical browse plants in vitro. The materials used in this research were 8 types of tropical forages and rumen fluid from Etawa Crossbreed goat fistulated with CP 12 % and 62 % TDN. The experimental design used was the completely randomized design of 8 feed treatments and 3 replications. Treatments consisted of P1 = Sesbania grandiflora, P2 = Artocarpus heterophyllus, P3 = Musa acuminata, P4 = Mangifera indica L., P5 = Gliricidia sepium, P6 = Swietenia mahagoni (L.) Jacq, P7 = Calliandra calothyrsus, and P8 = Leucaena leucocephala. Data were analyzed using ANOVA 5%, and continued by Duncan test. The results of the study showed that neutral detergent fiber digestibility, acid detergent fiber digestibility, hemicellulose digestibility were significantly (P<0.05). Tropical forages of Leucaena leucocephala and Gliricidia sepium were highest neutral detergent fiber digestibility (70,34% and 62,29%), and highest acid detergent fiber digestibility (57,14% and 58,91%), with hemicellulose digestibility (64,10% and 65,00%).Keywords: digestibility, fiber, tropical browse plants, in vitro
Optimasi Molase dan Tibicos sebagai Media Fermentasi dalam Memproduksi Nutraceutical Feed Additive Menggunakan Response Surface Methodology (RSM) Mustofa Hilmi; Anis Usfah Prastujati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.061 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8441

Abstract

ABSTRAK Molase merupakan hasil samping industri gula tebu yang biasa digunakan dalam proses fermentasi. kandungan molase seperti sukrosa bisa digunakan media pertumbuhan bakteri asam laktat dan yeast sebagai sumber probiotik ternak. Optimasi parameter fermentasi molase memegang peranan yang penting dalam keberhasilan dalam menghasilkan komponen bahan organik, disamping jenis mikroorganisme yang digunakan. Penambahan konsentrasi inokulum (tibicos), konsentrasi molase, dan lama fermentasi menjadi hal yang utama untuk dioptimasi agar bakteri asam laktat dan asam organik  dihasilkan optimal dan waktunya efisien menggunakan response surface methodology (RSM). Metode RSM berguna untuk menentukan nilai-nilai perlakuan (molase, tibicos, lama fermentasi dengan respon optimal terdiri dari 15 perlakuan faktorial bertujuan untuk menentukan variabel tetap dan variabel bebas. Penambahan tibicos dan lama fermentasi berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap jumlah bakteri asam laktat, namun interaksi antara konsentrasi molase dan kosentrasi tibicos (P<0,05) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respon pada tingkat probabilitas 95%. Interaksi kosentrasi tibicos dan lama fermentasi (P<0,05) memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah bakteri asam laktat. hasil optimasi, diperoleh nilai optimum kosentrasi molase 12,5%, Kosentrasi tibicos 10% dan waktu fermentasi 36 jam. Kondisi optimum tersebut diprediksi menghasilkan bakteri asam laktat dan prosentasi asam laktat sebesar 7,30333 log CFU/ml dan 0,386667%.Kata kunci: fermentasi, molase, tibicos, RSMABSTRAK Molasses is a by-product of the cane sugar industry which is commonly used in the fermentation process. Molasses such as sucrose can be used as a growth media for lactic acid bacteria and yeast as a source of animal probiotics. Optimization of molasses fermentation parameters plays an essential role in the success in producing components of organic matter, in addition to the types of microorganisms used. The RSM method is useful for determining treatment values (molasses, tibicos, fermentation time with optimal responses consisting of 15 factorial treatments aimed at determining fixed variables and independent variables. The addition of tibicos and fermentation time has a significant effect (P<0.05) on the number of bacteria lactic acid, but the interaction between the concentration of molasses and the concentration of tibicos (P<0.05) has a significant influence on the response at a probability level of 95%. Lactic acid optimization results obtained the optimum value of molasses concentration 12.5%, tibicos concentration 10% and fermentation time of 36 hours. The optimum conditions are predicted to produce lactic acid bacteria and lactic acid percentage of 7.30333 log CFU/ml and 0.386667 %.Keywords: fermentation, molasses, tibicos, RSM
Perbaikan Mutu Genetik Melalui Sistem Grading Ternak dalam Upaya Menunjang Program Pemuliaan Berbasis Digital Apri Irianto; Asep Gunawan; Muladno Muladno
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (37.174 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8693

Abstract

ABSTRAKPengembangan sapi potong di Indonesia telah berkembang dibeberapa daerah dengan menerapkan teknologi dan inovasi peternakan melalui Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). Penelitian ini bertujuan memperbaiki mutu genetik sapi PO melalui seleksi berdasarkan sistem grading untuk pembibitan dan perbanyakan sapi, serta melakukan pemantauan perkembangannya dengan program digitalisasi. Penelitian dilakukan melalui pendataan kuantitatif dan kualitatif dengan sistem wawancara langsung ke para peternak menggunakan kuisioner. Parameter penelitian diantaranya karakteristik eksternal, silsilah sapi, dan ukuran tubuh seperti bobot badan dan lingkar dada. Analisis data menggunakan Analisis  Deskriptif dan pendugaan model regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah sapi di Desa Sekaran  lokasi Sekolah Peternakan Rakyat sebanyak 971 ekor dengan populasi terbanyak di dusun Ngantru yaitu sebesar 82%. Sistem perkawinan  sapi yang sering diterapkan yaitu kawin suntik (inseminasi buatan) sebesar 94% dan 6% dengan perkawinan alami. Produktivitas sapi PO cukup tinggi dengan ukuran lebar dada berkisar 154–165 cm dan bobot badan berkisar 282–309 kg. Body condition score (BCS) sapi PO berada pada kisaran 2–3 di skala 5. Sistem grading menunjukkan bahwa sapi PO banyak tergolong dalam grade A sebesar 58%. Sapi PO di Desa Sekaran memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sumber bibit dan perbanyakan populasi karena telah memiliki sistem grading yang baik .Kata kunci : Desa Sekaran, digitalisasi, sapi PO, seleksi, sistem grading                                                            ABSTRACT             The development of beef cattle in Indonesia has developed in several regions by implementing animal husbandry technology and innovation through the Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). This study aims to improve the genetic quality of PO cattles through selection based on grading systems for cattle breeding and propagation, as well as monitoring their development with a digitization program. The study was conducted with a direct interview system to farmers using a questionnaire. The research parameters included external characteristics, genealogy of cattle, and body size such as body weight and chest size. Data analysis using descriptive statistic and regression analysis. The results showed that the total of cattle in Sekaran Village was 971 with the largest population in the Ngantru approximately 94%. The cattle mating system were conducted using  artificial insemination and naturally bred were  94% and 6%, respectively.  PO cattle productivity is high with chest width measurements from 154–165 cm and body weights from 282-309 kg. The body condition score of PO cattles is in the range of 2-3 on a scale of 5. The grading system shows that many PO cattles were classified in grade A was 58%.  PO cattles in Sekaran Village have great potential to be used as a source animal genetic resources of PO breeding center.Keywords : grading system, digital, PO cattle, Sekaran village, selection
Performa Ayam Sentul yang Diberi Ransum Mengandung Indigofera zollingeriana Asep Suherman; Yudhi Mahmud; Wiwik Ambasari; Iman Hernaman; Hani Yuhani; Rukmantoro Salim
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.998 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8590

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan Indigofera zollingeriana dalam ransum terhadap kinerja ayam sentul. Seratus empat puluh empat ekor ayam Sentul dialokasikan ke dalam 6 perlakuan dan 4 ulangan. Unggas tersebut dipelihara dari mulai day old chick (DOC) sampai umur 3 minggu dengan diberi ransum BR 501 CP, selanjutnya selama 7 minggu diberi ransum perlakuan. Ransum perlakuan tersebut adalah 1) R1 = ransum komersial (Sinta SP 22), 2) R2 = ransum yang biasa digunakan peternak, 3) R3 = ransum mengandung Indigofera zollingeriana 20% tanpa jagung, 4) R4 = ransum mengandung Indigofera zollingeriana 10%, 5) R5 = ransum mengandung Indigofera zollingeriana 15%, 6) R6 = ransum mengandung Indigofera zollingeriana 20% dan mengandung jagung. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dan data yang terkumpul dianalisis dengan uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa konsumsi dan konversi ransum tidak menunjukan perbedaan yang nyata, tapi pertambahan bobot badan tertinggi (P<0,05) dicapai pada R1 dengan bobot badan akhir sebesar 833,25 g pada umur 10 minggu. Ransum R4 yang mengandung Indigofera zollingeriana 10% menghasilkan pertambahan bobot badan yang sama dengan R1 dengan bobot akhir penelitian sebesar 722 g. Kesimpulan Indigofera zollingeriana sebanyak 10% dapat diberikan dalam ransum ayam sentul.Kata kunci:  ayam sentul, performa, Indigofera zollingerianaABSTRACTThis study was aimed to utilize Indigofera zollingeriana in diets on the performance of sentul chicken. One hundred and fourty four sentul chickens were allocated into 6 treatments and 4 repetitions. This poultry was kept from DOC until the age of 3 weeks with BR 501 CP diets, next for 7 weeks fed treatment diets. The treatment diet was 1) R1 = commercial diet (Sinta SP 22), 2) R2 = diet commonly used by breeder, 3) R3 = diet containing Indigofera zollingeriana 20% without maize, 4) R4 = diet containing Indigofera zollingeriana 10%,  5) R5 = diet containing Indigofera zollingeriana 15%, 6) R6 = diet containing Indigofera zollingeriana 20% and containing maize. The study used a complete randomized design and the collected data were analyzed by Duncan test. The results showed that the consumption and conversion of diets did not show any significant difference, but the highest body weight gain (P <0.05) was achieved in R1 with final bodyweight of 833.25 g at 10 weeks. The R4 diet containing 10% Indigofera zollingeriana resulted in the same weight gain as R1 with the final weights of 722 g. Conclusion Indigofera zollingeriana as much as 10% can be given in sentul chicken diets.Keywords: performance, Indigofera zollingeriana, sentul chicken
Pengaruh Metode Thawing Terhadap Kualitas Fisik dan Kimia Daging Sapi Beku Dian Ari Prehatini; Sri Widya Lestari; Dyah Triasih
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.414 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8547

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini untuk mengetahui metode thawing yang terbaik dalam proses penyegaran kembali daging beku, ditinjau dari kualitas fisik dan kimia daging sapi beku. Materi yang digunakan adalah daging sapi beku bagian LD (Longissimus dorsi) yang telah disimpan dalam freezer bersuhu -19oC selama lebih dari 12 bulan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan adalah metode thawing P1 (refrigerator 3-5oC), P2 (ruangan terbuka 27oC), P3 (air mengalir 25oC), dan P4 (waterbath 30-40oC). Hasil analisis statistik menunjukan bahwa perbedaan metode thawing berpengaruh (P<0,05) terhadap kualitas fisik dan kimia. Metode thawing yang paling baik karena memberikan pengaruh kerusakan fisik yang paling sedikit adalah metode thawing dengan udara ruang karena mempunyai keempukan yang paling empuk dibandingkan metode thawing lainnya. Sedangkan metode thawing yang paling baik karena pemberikan pengaruh kerusakan kimia paling sedikit adalah metode thawing dengan udara dingin karena dapat mempertahankan kadar protein dalam daging dan memiliki kadar air yang rendah.Kata kunci: daging beku, kualitas fisik, kualitas kimia, suhu, thawingABSTRACTThe purpose of this study was to determine the best thawing method in the process of refreshing frozen meat, in terms of the physical and chemical quality of frozen beef. The material used is LD frozen beef (Longissimus dorsi) which has been stored in a freezer temperature of -19oC for more than 12 months. This study uses a completely randomized design (CRD). The treatments given are the thawing method P1 (3-5oC refrigerator), P2 (27oC open space), P3 (25oC running water), and P4 (30-40oC water bath). The results of statistical analysis showed that the difference in the thawing method affected (P<0.05) on physical and chemical quality. The best thawing method because it provides the least physical damage effect is the thawing method with room air because it has the softest tenderness compared to other thawing methods. While the best thawing method is because the least effect of chemical damage is the cold air thawing method because it can maintain the protein content in meat and has a low water content.Keywords: frozen meat, chemical quality, physical quality, temperature, thawing
Keragaman Sifat Kualitatif pada Sapi Silangan PO dan Belgian Blue Menggunakan Analisis Komponen Utama Jakaria Jakaria; Fuadi Zulkipli; Edwar Edwar; Mokhamad Fakhrul Ulum; Rudy Priyanto
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.628 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8675

Abstract

The purpose of this study was to determine the diversity of qualitative traits in PO, Belgian Blue and PO-Belgian Blue crosses using principal component analysis. The total samples of cattle used were 36 consisting of 8 heads Belgian Blue (4 males and 4 females), 17 heads Belgian PO-Belgian cross-breed (11 males and 6 females) and 11 PO heads (all females)). The diversity of qualitative traits observed were 17 characteristics namely plain body-color (WTP), combination body-color (WTK), horned (MT), humped (MP), sagging (MG), black tail tip color (WUEH), white tail tip color (WUEH), black eyelash color (WBMH), white eyelash color (WBMP), circle hair head (PRK), circle hair back (PRP), circle hair bracket (PRB), black nail color (WKH), nail color white (WKP), double muscle (PG), black muzzle (WMH) and white muzzle (WMP). Qualitative data were analyzed descriptively by calculating the proportion value, while the determinant variables of each breed were analyzed using the principal component analysis method (AKU) with the Minitab version 7 program. The results showed that the characteristics of qualitative traits in PO, Belgian Blue, and PO-Belgian Blue cross-breed cattle have a high diversity. PO and Belgian Blue cattle breeds can be clearly distinguished based on the characteristics of qualitative traits, whereas PO-Belgian Blue crossbred cattle have clusters that are close to PO cattle clusters. Found character traits for each cattle breed in both PO, Belgian Blue, and PO-Belgian Blue cross-breed. There are three characteristics of qualitative traits possessed in each cow nation, namely the variable circle hair head (PRK), circle hair back (PRP) and horned characters (MT). Based on the results obtained that the qualitative traits in cattle can be used as a distinguishing character between PO, Belgian Blue, and PO-Blue Belgian cross cattle breeds.
Kecernaan Ransum yang Mengandung Limbah Roti pada Domba Shiyami Asri Yamashita; Rani Darliani Rachmat; Ana Rochana Tarmidi; Budi Ayuningsih; Iman Hernaman
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.87 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.9701

Abstract

ABSTRAKLimbah roti memiliki potensi sebagai pakan untuk domba, namun belum banyak diketahui dampaknya terhadap kecernaan. Penelitian bertujuan untuk menguji ransum yang mengandung limbah roti terhadap kecernaan pada domba. Dua puluh ekor domba lokal dengan bobot hidup 34,65±2,87 kg dialokasikan ke dalam 5 ransum perlakuan yang mengandung limbah roti sebanyak 0, 6, 12,18, dan 24%. Penelitian dilaksanakan secara eksmperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Data yang terkumpul dianalisis dengan sidik ragam. Hasil menunjukan bahwa penggunaan limbah roti sampai 24% dalam ransum tidak berpengaruh terhadap kecernaan protein kasar, lemak kasar, bahan kering dan bahan organik dengan nilai rataan berturut-turut 54,91%, 73,39%, 66,80% dan 69,86%. Kesimpulan, limbah roti dapat digunakan dalam ransum sampai 24% dan tidak menganggu kecernaan pada domba.Kata kunci: domba, kecernaan, limbah, ransum, rotiABSTRACTBread waste has potential as a feed for sheep, but not yet known the impact on digestibility. The research aims to test the ration containing bread waste on digestibility in sheep. Twenty local sheep with a body weight of 34.65 ± 2.87 kg were allocated into 5 treatment rations containing bread waste of 0, 6, 12.18, and 24%. The study was conducted experimentally using a completely randomized design. The data collected was analyzed by variance. The results showed that the use of bread waste up to 24% in the ration did not affect the digestibility of crude protein, crude fat, dry matter and organic matter with an average value of 54.91%, 73.39%, 66.80% and 69.86%. Conclusion, bread waste can be used in rations up to 24% and does not interfere with digestibility in sheep.Keywords: sheep, digestibility, waste, ration, bread
Faktor Mempengaruhi Peningkatan Populasi Sapi Madura di Sentra Sapi Sonok Kabupaten Pamekasan Selvia Nurlaila; Moh. Zali
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.158 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8711

Abstract

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik peternak dan potensi alam terhadap peningkatan populasi sapi madura di sentra sapi sonok. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan jumlah sampel 100 peternak di sentra sapi sonok. Analisis data menggunakan analisa regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan hubungan faktor karakteristik peternak yakni variabel umur peternak, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, lama beternak, tujuan pemeliharaan dan pelatihan secara simultan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan populasi sapi madura dan faktor potensi alam yakni curah hujan, luas lahan pertanian, rumah tangga peternak dan jumlah penduduk secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan populasi sapi madura di Sentra Sapi Sonok. Variabel tertinggi adalah variabel luas lahan pertanian yaitu 0,843 hal ini dapat dijadikan acuan dalam peningkatan populasi dimana semakin luas lahan pertanian maka semakin besar terjadinya peningkatan populasi yang berkaitan dengan persediaan pakan hijauan dan pakan penguat ternak. Variabel rumah tangga peternak yaitu 0,0819  karena semakin banyaknya rumah tangga peternak maka semakin banyak populasi sapi dan variabel curah hujan yaitu 0,011 karena semakin tinggi curah hujan maka ketersediaan pakan hijauan ternak semakin berlimpah. Kemudian variabel yang nilainya negatif yaitu jumlah penduduk sebesar -0,725 diidentifikasikan bahwa semakin menurun jumlah penduduk maka populasi sapi akan mengalami penurunan. Kesimpulan hasil penelitian,  pemeliharaan dan keikutsertaan dalam pelatihan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap peningkatan populasi. Faktor potensi alam yang terdiri dari curah hujan, luas lahan pertanian, rumah tangga peternak dan jumlah penduduk secara simultan memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan populasi sapi madura di sentra sapi sonok Kabupaten Pamekasan.Kata kunci: Populasi, regresi linier berganda, sapi madura, sentra sapi sonok ABSTRACTThe study aims to determine the relationship of breeder characteristics and natural potential to increase madura cattle population in sonok cows center. The method used is a survey method with a sample of 100 breeders in sonok cows center. Data analysis uses multiple linear regression analysis. The results showed the relationship between the characteristics of the breeders, namely the age of the breeders, the level of education, the number of family dependents, the length of the breeders, the purpose of maintenance and training simultaneously did not significantly influence the madura cattle population increase and natural potential factors namely rainfall, area of agricultural land, housing farmer ladder and population simultaneously have a significant influence on the increase in madura cattle population at the Cows Sonok Center. The highest variable is the area of agricultural land that is 0.843 it can be used as a reference in increasing population where the more extensive the agricultural land, the greater the increase in population associated with forage supply and animal feed reinforcement. The variable of farmer household is 0.0819 because of the increasing number of farmer households, the more cattle population and the rainfall variable is 0.011 because of the higher rainfall, the availability of forage feed is more abundant. Conclusions from the results of research, maintenance and participation in training did not have a significant effect on population increase. Natural potential factors consisting of rainfall, area of agricultural land, household of farmers and population simultaneously have a significant influence on the increase of madura cattle population in the center of sonok cattle in Pamekasan RegencyKeywords: Population, madura cattle, multiple linear regression, sonok cows center. 
Pengaruh Lama Penyimpanan Dengan Berbagai Bahan Penstabil Terhadap Kualitas Mayonnaise Putri Rizkyyani; Asmaul Khusna; Mustofa Hilmi; Muhammad Habbib Khirzin; Dyah Triasih
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.578 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8381

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan dengan berbagai bahan penstabil terhadap sifat fisikokimia mayonnaise. Jenis bahan penstabil yang digunakan pada penelitian ini yaitu CMC, gum arab, dan xanthan gum dengan penyimpanan menggunakan suhu ruang selama 8 hari. Penelitian ini menggunakan 4 sampel 5 perlakuan dan 3 kelompok. Penelitian ini menggunakan sampel berupa S0 (tanpa bahan penstabil), S1 (CMC 1%), S2 (Gum arab 1%), dan S3 (Xanthan gum 1%).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan berbagai bahan penstabil dan lama penyimpanan mayonnaise pada sifat fisik menunjukkan hasil nyata (P<0,05) pada penyimpanan dan tidak terjadi interaksi namun pada sifat kimia menunjukkan hasil (pH, FFA, Kadar air) nyata (P<0,05) pada berbagai jenis bahan penstabil dan penyimpanan serta ada interaksi pada parameter kadar air. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masing-masing bahan penstabil memiliki keunggulan dan kestabilan yang berbeda disetiap parameter sehingga perlakuan terbaik tidak bisa dipastikan.
Motilitas Dan Daya Hidup Spermatozoa Asal Epididimis Sapi Persilangan yang Diencerkan dengan Air Tebu Muhammad Riyadhi; Muhammad Rizal; Muhammad Thahir
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 7, No 1 (2020): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.071 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v7i1.8855

Abstract

ABSTRAKAir tebu diketahui mengandung sukrosa yang dapat meningkatkan energi bagi motilitas spermatozoa.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan air tebu dan kuning telur dalam mempertahankan kualitas spermatozoa asal kauda epididymis sapi persilangan.  Penelitian ini menggunakan epididimis sapi persilangan dari rumah pemotongan hewan (RPH) Basirih Kotamadya Banjarmasin.  Spermatozoa yang dikoleksi ditempatkan ke dalam empat tabung reaksi masing-masing terdiri dari: 80% pengencer laktosa + 20% kuning telur ayam ras (kontrol), 45% air tebu + 45% akubidestilata + 10% kuning telur ayam ras (ATKT10), 42,5% air tebu + 42,5% akubidestilata + 15% kuning telur ayam ras (ATKT15), dan 40% air tebu + 40% akubidestilata + 20% kuning telur ayam ras (ATKT20). Parameter pengamatan adalah motilitas, daya hidup, dan membran plasma utuh.  Hasil penelitian menunjukkan motilitas pengencer kontrol (65%), berbeda nyata (P<0,05) dengan ATKT10 (49%), ATKT15 (48%) dan ATKT20 (54%), namun demikian ATKT20 masih lebih tinggi (P<0,05) dengan ATKT10 dan ATKT15.  Persentase daya hidup spermatozoa berbeda nyata (P<0,05) antara kontrol (79,60%) dengan ATKT10 (72,40%), ATKT15 (73,20%), dan ATKT20 (74,60%), akan tetapi ATKT20 dan ATKT15 masih lebih baik (P<0,05) dari ATKT10.  Untuk persentase MPU, kontrol sebesar 76,4%, sama dengan (P>0,05) perlakuan ATKT 20 sebesar 76%, akan tetapi persentase MPU kontrol masih lebih baik (P<0,05) dari ATKT 10 sebesar 71,80% dan ATKT15 sebesar 74,20%.  Dari hasil penelitian ini, terlihat kemampuan air tebu mampu mempertahankan motilitas spermatozoa sampai dengan dua hari.Kata Kunci : air tebu, sapi persilangan, spermatozoa asal kauda epididimisABSTRACT          Sugarcane juice is known to contain sucrose which can increase energy for spermatozoa motility.  The object of the study was to determine the ability of sugarcane juice and egg yolk in maintaining the quality of spermatozoa from cauda epididymis of crossbred cattle. This study used epididymal of crossing cattle from the slaughterhouse of Basirih - Banjarmasin.  The collected spermatozoa were divided into four test tubes with the same volume in according to the number of treatments i.e. : 80% lactose + 20% egg yolk  (control), 45% sugarcane + 45% aquabidest +10% egg yolk (ATKT10), 42.5% sugarcane +  42.5% aquabidest +15% egg yolk (ATKT15), and 40% sugarcane + 40% aquabidest +20% egg yolk (ATKT20). The parameter observed included percentage of motility, viability and intact plasma membrane (IPM).  The results showed that (1) the percentage of motility (65%) and spermatozoa viability (79.60%) of control were higher (P <0.05) than in other treatments, however, ATKT20 had a higher percentage of both parameters than in ATKT10 and ATKT15; (2) the percentage of IPM control (76,4%) was not significantly different (P>0,05) to ATKT20 (76%). Both treatments have higher of IPM than ATKT10 (71.80%) and ATKT15 (74.20%).  The sugarcane juice was able to maintain spermatozoa motility for up to two days.Keywords: crossbred cattle, spermatozoa from cauda epididymis, sugarcane juice

Page 1 of 2 | Total Record : 14